Sabtu, 30 November 2013

Aku Rapuh, Lagi...

Aku tidak tahu ini malam minggu keberapa yang kulalui tanpamu; hanya dengan kenangan kita. Yang aku ingat, dulu kita selalu saling menemani walau hanya melalui handphone ataupun twitter. Tapi itu dulu. Dulu. Dulu sebelum kuhancurkan semuanya. Kuhancurkan kepercayaanmu, ketulusanmu, juga kesetiaanmu. Maaf. Aku hanya bisa meminta maaf. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menebus dosaku. Semua akan tetap seperti ini, karena aku tahu, tangis dan sesalku tidak akan pernah mengubah keadaan yang sudah terlanjur menghitam. 

Andaikan kamu tahu, setiap hari aku berusaha melupakanmu, berusaha tidak peduli dengan apapun yang terjadi padamu. Namun, aku tidak bisa. Aku terlalu lemah untuk melawan rasa itu. Bahkan aku lebih rela kausakiti terus, aku lebih ikhlas melihatmu bahagian dengan yang lain, dibandingkan aku harus memaksa diriku untuk berhenti peduli segala tentangmu. Aku tak mampu, sungguh. 

Dihadapan teman-temanku memang kukatakan bahwa aku telah melupakanmu, aku telah memiliki seseorang lain. Tapi perlu kautahu, di lubuk hatiku yang terdalam, masih terukir jelas namamu. Terserah kaupercaya atau tidak. Terserah jika kamu lebih memilih dia dibanding aku. Terserah. Yang pasti, aku masih menyayangimu, sekalipun kini tak ada sedikitpun rasamu untukku. 
Masih teringat jelas dalam otakku ketika kaumenjadi orang terspesial dalam hariku bertambah umur. Kukira rasa itu masih ada, ternyata aku salah. Rasa itu sudah sepenuhnya mati. Buktinya, saat ini kamu kembali pdkt dengan adik manis itu lagi. Pupus. Aku rapuh, lagi.
-C-

Senin, 25 November 2013

Teringat Masa Lalu

Rasa rindu yang begitu dalam memaksaku untuk datang ketempat dimana aku pernah menimba ilmu dulu. Jujur, aku tidak ingin kembali kesana dan mengingat kenangan kita. Terlalu sakit rasanya jika aku dengan sengaja mengorek luka yang perlahan sudah kering itu. Tetapi rasa rinduku terhadap tempat dan orang-orang disana memaksaku untuk datang. Dan pada akhirnya aku menyerah, aku tidak melawan rasa rindu yang berkecamuk didalam dadaku; aku datang ketempat itu. 

Kakiku melangkah ragu ketika sudah sampai didepan sebuah gedung besar berpagar hijau. Aku mengepalkan tanganku dan meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah... begitu seterusnya. Setelah masuk ditempat itu, aku melihat sekeliling, tidak banyak yang berubah. Hanya beberapa tempat sedikit direnovasi dan ada beberapa wajah yang lebih tua dariku yang sama sekali tidak kukenali. Ada juga wajah-wajah asing lain yang kira-kira umurnya sebaya denganku.

Tiba-tiba seorang anak perempuan menghampiriku dan berhambur dipelukanku. Adikku. Dia yang selalu kuberitahu tentang perasaanku. Dan dia yang selalu kudengarkan ceritanya tentang... cinta pertamanya. Hahaha, keberadaannya membuatku semakin takjub dan menyadari betapa luar biasanya Tuhan. Bagaimana tidak takjub, kalau adikku ini ternyata memiliki kisah yang persis denganku. Selain itu, ia juga memiliki cita-cita dan sifat yang nyaris sama denganku. Sangat menakjubkan menurutku.

Setelah menemui beberapa orang yang ada ditempat yang kukunjungi ini, akupun diajak oleh si adik menuju kesuatu ruangan. Ruangan dimana seseorang yang pernah ada dimasa lalu ku kini sedang berada. Aku melewati ruangan itu. Ada beberapa wajah yang sangat familiar dimataku. Mereka melambaikan tangannya kearahku, aku membalasnya. Diantara wajah yang kukenal dan tidak kukenal itu ada dia. Ya, DIA! Seseorang yang pernah ada dimasa laluku. Seseorang yang pernah bersama dan kutemui setiap hari selama delapan tahun. Dan dia juga adalah seseorang yang kutinggalkan demi cita-cita.

Kau menatapku, kubalas tatapan itu. Kita lalu saling melempar senyum malu-malu. Dalam waktu sepersekian detik, aku merasa seperti dilempar ke masa lalu. Aku pergi ke masa kita saat masih bahagia bersama, saat kita masih saling memiliki, saat kita masih saling menyayangi, dan saat... aku memilih mengejar cita-citaku dibanding tetap bersamamu. Maaf. Aku kembali ke masa sekarang, masa yang sedang kujalani.

Waktuku memang tidak banyak untuk diam ditempat itu. Karena aku sendiri harus melanjutkan keseharianku; tanpa hadirmu. Memang berat rasanya untuk meninggalkan tempat itu, dan meninggalkan kamu, orang-orang yang ada disana, juga sejuta kenangan yang tertimbun diantara pepohonan yang tumbuh ataupun gedung-gedung yang berdiri kokoh. Entah itu kenangan manis, pahit, asin, asam, atau kecut. Semua akan selalu kuingat, dan pasti tidak pernah kulupakan.

Meski hanya bertemu kurang dari enam puluh menit, namun, itu semua cukup mengobati rasa rinduku. Serta bisa menambah semangatku dalam menjalankan kegiatanku besok, lusa, dan seterusnya walaupun tanpa kamu dan kalian semua yang pernah ada dalam masa laluku. 

Aku akan selalu merindukanmu dan kenangan kita. Selalu.

-C-

Senin, 04 November 2013

Selamat Malam, Kamu...

Selamat malam kamu yang kini ada dibenakku. Aku tidak tahu mengapa begitu mengharapkanmu kembali. Padahal sudah sangat jelas, bahwa kamu lebih memilih dia dibanding aku. Salahku. Iya, semua memang salahku. Aku terlalu sok. Aku menyia-nyiakan kamu yang dulu; yang menyayangiku dengan sangat.

Yang berlalu biarlah berlalu, begitu kata-kata yang sering kudengar. Tapi, mereka tahu apa? Mereka tidak tahu rasanya menjadi aku yang selalu dihantui perasaan menyesal. Masa lalu yang menyakitkan.

Aku masih menyayangimu, sungguh. Itu! Satu kalimat yang ingin sekali aku ungkapkan padamu. Namun, aku terus menunggu. Menunggu agar kau yang mengungkapkan nya terlebih dahulu. Karena aku perempuan, tugasku menunggu. Menunggu sesuatu hal yang sangat tidak pasti. Kau tahu, menunggu itu sangat melelahkan, membosankan, dan tentu amat menyakitkan. Kau tahu, aku memikirkanmu setiap saat, aku mengharapkan agar aku dan kamu bisa menjadi kita lagi. Kau tahu, aku menunggumu seperti menunggu orang yang sudah mati.

Kamu. Iya, kamu. Bisakah sekali saja, kau mengerti perasaanku? Bisakah sedikit saja kau pahami rasa ini? Aku masih dan akan selalu menantimu. Menanti kau kembali.

Selamat malam, kamu. Aku merindukanmu. Sampai berjumpa, dimimpi indahku. Sampai berjumpa, ditempat dimana kita bisa kembali bersama.

Sekali lagi kuucapkan, selamat malam, Sayang.
Aku merindukanmu. 

-C-