Aku tidak tahu ini malam minggu keberapa yang kulalui tanpamu; hanya dengan kenangan kita. Yang aku ingat, dulu kita selalu saling menemani walau hanya melalui handphone ataupun twitter. Tapi itu dulu. Dulu. Dulu sebelum kuhancurkan semuanya. Kuhancurkan kepercayaanmu, ketulusanmu, juga kesetiaanmu. Maaf. Aku hanya bisa meminta maaf. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menebus dosaku. Semua akan tetap seperti ini, karena aku tahu, tangis dan sesalku tidak akan pernah mengubah keadaan yang sudah terlanjur menghitam.
Andaikan kamu tahu, setiap hari aku berusaha melupakanmu, berusaha tidak peduli dengan apapun yang terjadi padamu. Namun, aku tidak bisa. Aku terlalu lemah untuk melawan rasa itu. Bahkan aku lebih rela kausakiti terus, aku lebih ikhlas melihatmu bahagian dengan yang lain, dibandingkan aku harus memaksa diriku untuk berhenti peduli segala tentangmu. Aku tak mampu, sungguh.
Dihadapan teman-temanku memang kukatakan bahwa aku telah melupakanmu, aku telah memiliki seseorang lain. Tapi perlu kautahu, di lubuk hatiku yang terdalam, masih terukir jelas namamu. Terserah kaupercaya atau tidak. Terserah jika kamu lebih memilih dia dibanding aku. Terserah. Yang pasti, aku masih menyayangimu, sekalipun kini tak ada sedikitpun rasamu untukku.
Masih teringat jelas dalam otakku ketika kaumenjadi orang terspesial dalam hariku bertambah umur. Kukira rasa itu masih ada, ternyata aku salah. Rasa itu sudah sepenuhnya mati. Buktinya, saat ini kamu kembali pdkt dengan adik manis itu lagi. Pupus. Aku rapuh, lagi.
-C-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar