Selasa, 03 Desember 2013

Surat Si Bisu


Seorang perempuan bisu duduk termenung didalam sebuah café sambil memandangi seorang laki-laki yang duduk dipojok café dari jauh. Laki-laki berparas tampan, menawan, dengan senyum manis yang terukir diwajahnya. Senyum manis yang mampu membuat si perempuan bisu bagaikan terhipnotis. Perempuan ini sudah mengagumi laki-laki itu sejak lama. Laki-laki itu sering datang ke café ini dan melukis disini, itulah sebabnya si perempuan-pun sering datang ke café ini juga, walau sekedar hanya untuk minum teh sambil menulis.

Awalnya perasaan yang dimiliki si perempuan hanya sekedar perasaan kagum. Namun, perlahan perasaan itu tumbuh semakin liar dan menjadi sebuah rasa yang sering disebut… cinta. Entah kenapa harus ada sebuah rasa yang bernama cinta, keluh si perempuan bisu didalam hatinya. Baginya, cinta adalah satu kata yang sangat sulit untuk di definisikan. Cinta begitu rumit untuk dimengerti, rumit untuk dipahami. Cinta itu murah tetapi sulit untuk ditemukan. Cinta memang bisa kita dapatkan dari siapapun, tetapi sulit untuk menemukan orang yang benar-benar mencintai kita dengan tulus.

Hari ini, si perempuan bisu menitipkan sepucuk surat pada seorang pelayan café dan menyuruhnya untuk meletakkan surat itu dimeja yang biasa ditempati oleh laki-laki yang ia kagumi. Dan ketika si laki-laki itu tiba di café, ia mengambil dan membaca rangkaian kata yang tertulis diatas kertas itu.



Untuk kamu yang kukagumi

            Hey, apa kabarmu? Kamu pasti bingung siapa yang mengirimimu surat ini. Mungkin kamu memang tidak mengetahui siapa namaku, tetapi aku yakin kamu pasti tahu aku. Aku adalah perempuan yang sering kaupergoki sedang menatapmu secara diam-diam. Yang hanya mampu menatapmu dari jauh. Jika boleh bercerita sedikit, aku ingin menceritakan tentang mengapa aku mengagumimu. Semua berawal ketika aku keluar dari rumah sakit karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kekasihku meninggal dunia. Saat itu aku benar-benar merasa hidupku berakhir. Kekasih yang paling kusayangi harus pergi dari dunia. Aku terpuruk. Aku nyaris mengakhiri hidupku. Dalam kegalauanku ingin menyia-nyiakan hidup ini, aku sadar betapa banyaknya orang ingin hidup tetapi Tuhan tak mengijinkannya lagi, lalu aku membatalkan percobaan bunuh diri itu. Dan entah mengapa kakiku membawaku pergi ke café ini. Aku masuk kedalam café kecil nan indah ini, mataku kemudian tertuju pada seorang laki-laki yang sedang melukis dipojok depan café. Itu kamu. Kamu mengagumkan. Aku mencintaimu. Secepat itukah aku mengatakan cinta? Iya! Karena kamu adalah orang pertama yang membuatku mengikhlaskan kekasihku yang telah pergi. Kamu orang pertama yang kucintai setelah kekasihku pergi. Kamu hebat.

Awalnya memang aku merasa nyaman jatuh cinta diam-diam kepadamu, tapi rasa itu semakin menggebu didalam dadaku dan memaksaku untuk menyatakan nya padamu. Tenang saja, aku tidak berharap agar kaumembalas rasaku. Oya, kalau boleh jujur, aku ingin sekali mengetahui segala tentangmu, aku ingin dekat denganmu. Tetapi aku tidak berani mendekatimu. Bukan karena aku malu untuk memulai, tapi karena aku tak mampu mengucapkan kata-kata. Aku bisu. Menyadari bahwa diriku tidak sempurna, aku malu untuk mendekati orang sesempurna kamu. Seseorang yang selalu menggoreskan kuas diatas kanvas dengan sempurna setiap sore di café ini. Sekali lagi kukatakan; aku mengagumimu. Maaf hanya ini yang bisa kuberikan, hanya secarik kertas dengan goresan tinta didalamnya. Aku akan bahagia melihatmu bahagia, karena kutahu bahwa cinta tidak harus memiliki. Aku cukup lega jika kautelah membaca tulisanku, sebab memang hanya ini yang kuinginkan. Aku hanya ingin kaumengetahui perasaanku. Itu cukup. Sangat cukup. Sesungguhnya aku ingin sekali melantunkan senandung indah untukmu, karena kutahu kalau kausuka musik, dan selalu menikmati setiap lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi di café ini. Tapi, sayang sekali aku tak mampu. Aku hanya bisa menulis untukmu. Hanya ini.



Ketika hidupku penuh dengan awan hitam

Ketika ribuan iblis mengantuiku

Tuhan mengirimkan malaikatnya untukku

Malaikat penunjuk yang mempertemukanku pada malaikat yang sesungguhnya

Kamu…

Kamu memang seperti malaikat dihidupku

Aku tidak dapat menyentuhmu

Aku tidak mampu memanggilmu

Aku tidak bisa berada didekatmu

Kita berbeda, sungguh berbeda

Hidupmu seperti lukisan yang penuh warna

Sedangkan aku…

Hidupku hanya diantara dua warna, yaitu putihnya kertas dan hitamnya tinta

Kutahu harapanku pasti sia-sia

Kutahu kautidak mungkin membalas rasa ini

Tapi kutak terlalu mengharapkan balasannya

Karena memang cinta tak harus memiliki



Dari seseorang yang mengagumimu…





Laki-laki itu terperanjat membaca surat dari si perempuan bisu. Dia tersenyum begitu lebar. Namun, senyumnya memudar ketika menoleh kebelakang café… perempuan itu tidak ada. Padahal biasanya dia selalu duduk disana ditemani secangkir teh. Entah dimana perempuan itu saat ini. Tiba-tiba terbesit perasaan yang tidak dapat dijabarkan dalam benaknya. Perasaan senang, khawatir, juga rindu. Senang karena ia memiliki seorang pengagum. Khawatir akan keberadaan pengagumnya. Rindu dengan si perempuan bisu yang biasa menatapnya dari kejauhan. Dimana dia… pikir laki-laki itu. Lalu laki-laki itu pergi, entah kemana.



-C-






2 komentar: