Senin, 16 Desember 2013

Semua Berbeda, Semua Tak Lagi Sama

 Dengan langkah gontai aku memasuki ruang kelasku. Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, namun, semangatku sudah seperti seorang kuli yang bekerja seharian. Tak bersemangat sedikitpun. Aku duduk ditempatku biasa duduk. Aku menyapukan pandanganku keseluruh sudut ruangan. Semua memang masih sama. Meja guru masih berada didepan disebelah papan tulis, LCD proyektor masih menggantung manis didepan kelas, meja-meja siswa masih tertata rapi sebagaimana biasanya. Tidak ada yang berubah dari ruangan ini. Semua masih sama. Yang berbeda hanya satu… kamu. Iya, kamu. Kini, tak ada lagi kamu yang menyambutku ketika baru memasuki kelas. Tak ada lagi kamu yang merebut handphone ku ketika aku mendengarkan musik. Tak ada lagi kamu yang menjahiliku. Tak ada lagi canda-tawa diantara kita.
            Jujur, aku masih tidak mengerti dengan semua yang terjadi kini. Secara tiba-tiba, tanpa salam perpisahan sekalipun kautinggalkan aku begitu saja. Aku tidak ingat bagaimana asal-mula semua ini terjadi. Semua terjadi begitu saja, seperti angin yang berhembus. Tidak kutahui kapan tepatnya ia bermula, dan kapan tepatnya ia berakhir. Terjadi tanpa kuduga, dan begitu sulit dimengerti. Tidak ada yang lebih kuingat daripada hari itu…, hari dimana tembok penghalang belum tumbuh diantara kita. Mataku menatap lurus kedepan, menerawang ke masa lalu. 
 
Siang itu, aku menyusuri koridor sekolah bersama salah seorang sahabatku. Bukan tanpa tujuan, kami hendak pergi ke perpustakaan. Setelah sampai diperpustakaan, aku meletakkan buku yang kubawa disalah satu meja disudut ruang perpustakaan, kutinggalkan buku itu menuju salah satu rak buku yang memuat buku-buku fiksi remaja. Aku kembali ke mejaku sambil membawa 2 buku tebal. Mataku terbelalak melihat secarik surat dan setangkai mawar putih yang berada disebelah buku ku. Kutengok kanan-kiri, semua sibuk dengan buku masing-masing. Aku duduk dikursi dan membaca isi surat singkat itu.
Aku merindukanmu. Maaf, aku tidak bisa melupakanmu.
Singkat. Padat. Jelas. Dari tulisannya, telah kutahui bahwa itu tulisanmu. Kamu. Seseorang yang membuat jantungku berdekat tak beraturan ketika berada di dekatmu. Seseorang yang selalu menebar senyumnya ketika menyapaku. Seseorang yang pernah hampir kusia-siakan. Senyumku lebar. Hatiku bahagia bukan main. Jantungku kembali berdebar seperti saat pertama aku bertemu denganmu.
            Setelah jam sekolah berakhir, aku segera pergi dari kelas yang nyari sepi. Sebagai seorang sekertaris kelas, ada hal yang harus kucatat. Dan itu membuatku pulang sedikit terlambat. Beberapa buku digenggamanku membuatku harus sedikit memperlambat jalanku, buku-buku itu berat. Aku takut terjatuh. Cuaca yang sedikit panas dan tenggorokan yang kering memaksaku untuk pergi ke kantin sebentar, sekedar untuk membeli minuman. Tapi, langkahku tiba-tiba terhenti, melihat sesuatu yang membuatku rasanya ingin berteriak dan menangis saat itu juga. Aku ingin berlari, tetapi kakiku seperti ada yang menahan. Aku ingin berteriak, tetapi lidahku tiba-tiba kelu. Tenggorokanku tak lagi terasa kering, rasa haus itu hilang. Cuaca yang panas, terasa semakin panas. Kulihat kauberjalan beriringan bersama seorang gadis yang kukenali, temanku dikelas sebelah. Kalian berpegangan tangan begitu erat, berjalan sambil melempar senyum satu sama lain. Aku menggeleng tak percaya dengan apa yang kulihat. Lalu, apa arti mawar putih tadi siang? Lalu, surat singkat tadi siang hanya omong kosongmu? Hanya tipuan. Hatiku hancur menjadi ribuan keping yang tak mampu kuhitung. Pipiku basah.

            “Hey! Kok bengong?” seorang temanku menyadarkan lamunanku. Aku kembali kedunia nyata, kedunia sekarang. Ke masa yang sedang kujalani. Aku menoleh kearah orang yang menepuk pundakku sehingga membuatku tersadar dari duniaku. “Hehehe, nggak, kok.” Aku tersenyum kearahnya. Orang itu lalu meninggalkanku menuju tempat duduknya. Aku kembali berdiam diri. Sendiri. Sebelum aku tiba lagi di duniaku, seseorang masuk ke kelas. Membuatku berhenti melamum. Kamu.
            Kamu masuk ke kelas. Menyapa siapapun yang menyapamu, tersenyum kearah sahabat-sahabatmu. Namun, sedikitpun tak kaupedulikan aku yang terdiam sendiri. Menatap keanehan yang ada didalam dirimu yang saat ini. Aku masih tak mengerti, apa arti mawar putih yang kauberikan padaku tempo hari? Kenapa saat ini kaubegitu sinis menatapku? Kauberubah. Benar-benar berubah. Sosokmu yang dulu telah lenyap, tergantikan oleh sosokmu yang sekarang. Sosok yang kubenci.
            Semua berbeda dan tak lagi sama. Aku merindukan kamu yang lama. Aku merindukan sosokmu yang dulu. Kini, semua telah benar-benar berubah. Semua tak lagi seperti dulu.

-C-

2 komentar: