Selasa, 09 Desember 2014

Tentang Aku, Si Pengagum Rahasia #2

Setengah dari jatahku untuk berada di tempat ini telah kupakai. Kini tersisa setengah lagi. Apa yang lantas bisa kulakukan di detik-detik penghabisan ini? Mimpi tetaplah mimpi. Asaku 'tuk bisa terus bersamamu hanyalah sebuah ilusi yang tak tergapai. Rasa yang kian tumbuh, pun makin tidak tersentuh. Aku mungkin terlalu berharap. Terlalu sering memenuhi hari-hari dengan khayalan yang malah membuatku pengap. Oh Tuhan, sungguh aku jengah... Tapi mengapa tak sedikitpun aku merasa lelah dan ingin menyerah? Bagaimana bisa hatiku ini tetap optimis atas semua keimajinatifan yang ada? 

Baru kutahu menjadi seorang pecinta diam-diam itu tidaklah mudah. Yang kaubutuhkan tak sekadar kesabaran dalam ucap, namun juga keikhlasan bila tidak dianggap. Aku sendiri sudah terbiasa akan sebuah pengabaian. Bukan hal asing untukku ketika perasaan ini tak mendapat balasan. 

Andai kubisa mengembalikan, atau setidaknya memperlambat jalannya waktu. Supaya lebih lama kudapat bersamamu. Meski aku hanya mampu menguntit balik pintu, tapi itu sudah cukup untukku. Menatapmu dari jauh telah menjadi hobiku selain menulis tulisan tak bermutu.

Angan...
Harapan...
Khayalan...
Mimpi...
Ilusi...
Imajinasi...

Ah, ya... Cukup banyak kata yang dapat menggambarkan rasaku untukmu. Rasa yang tidak satupun orang tahu, yang mengusikku sampai nyaris gila. Rasa yang tak satupun dapat orang lain mengerti. Rasa yang tidak mampu dicerna oleh akal sehat manusia. Rasa yang tak pernah terungkap, tapi nyata adanya. 

Sebuah rasa yang timbul akibat kekaguman yang berlebihan. Sebuah rasa yang muncul sejak aku sadar bahwa waktu kita bersama sudah tidak lama lagi. Rasa sayang berlebihan yang membuatku menjadi remaja tolol dengan segala khayalan dan imajinasi yang overdose

Aku tidak tahu sampai kapan aku mampu bertahan dalam kondisi ini. Jalan yang harus kulalui masih panjang. Tidak mungkin aku berhenti hanya karena perasaan ini. Aku hanya berharap dan terus berharap, Tuhan memberiku kekuatan lebih. Tuhan terus menuntunku. Tuhan menemaniku disetiap langkahku yang goyah. 

Menjadi pengagum rahasia tidak semudah yang orang-orang bayangkan. Tidak sesederhana yang mereka pikirkan. Pengagum rahasia menahan segala rasa yang ada sendirian. Sendirian. Tanpa orang lain, tanpa pendamping. Ia merasakan senang, sedih, sakit, perih, dan kecewa sendirian. Semua ia lalui sendirian. Bukan karena tidak ingin berbagi, tapi karena ia tahu bahwa takkan ada satupun orang yang mengerti. Perasaan seorang pengagum rahasia memang rumit. Akan sulit untuk dipahami oleh mereka yang dengan mudahnya mendapat cinta dari orang-orang yang mereka sayangi. 

Biarkan aku mengagumi... Biarkan aku sendiri... Aku tidak butuh balasan, apalagi teman berbagi. Aku hanya ingin segala harapan tak lagi menjadi ilusi. Aku hanya mau tak lagi diabaikan oleh orang yang kukagumi.

-C-

1 komentar: